^ Back to Top
 

Performa IHSG terburuk di emerging market

4/26/2016 1:56:42 PM

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin tak berdaya di akhir penutupan sesi I, Selasa (26/4). Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks ditutup melorot 1,5% menjadi 4.905,45.

Bahkan pada transaksi sebelumnya, indeks sempat tertekan 1,88% menjadi 4.788,88.

Jumlah saham yang memerah mencapai 199 saham. Sedangkan 75 saham lainnya berhasil naik dan 65 saham diam di tempat.

Volume transaksi siang ini melibatkan 2,740 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,822 triliun.

Secara sektoral, ada sembilan sektor yang memerah. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor keuangan turun 2,08%, sektor infrastruktur turun 1,95%, dan sektor industri lain-lain turun 1,69%.

Tiga saham indeks LQ 45 dengan penurunan terdalam siang ini antara lain: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 4% menjadi Rp 720, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 3,33% menjadi Rp 350, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,10% menjadi Rp 9.375.

Sedangkan tiga saham top gainers indeks LQ 45 siang ini dihuni oleh: PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik 2,35% menjadi Rp 1.090, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 1,27% menjadi Rp 15.950, dan PT PP London Sumatra Tbk (LSIP) naik 1,24% menjadi Rp 1.635.

Terburuk di antara emerging market lainnya

Penurunan IHSG siang ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan indeks emerging market lainnya. Sekadar informasi, berdasarkan dataBloomberg, pada pukul 12.32 waktu Hong Kong, indeks MSCI Emerging Market turun 0,3% menjadi 835,75. Ini merupakan level terendah sejak 12 April lalu.

Sementara itu, FTSE Bursa Malaysia KLCI Index turun 0,7%, Shanghai Composite Index China turun 0,3%, dan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,81%.

Penurunan pasar saham emerging market -termasuk IHSG- disinyalir akibat aksi investor yang menghindari aset-aset dengan yield tinggi sebelum bank sentral Amerika dan Jepang mengumumkan keputusan kebijakannya pada pekan ini.

Analis memprediksi, The Fed belum akan menaikkan suku bunga acuannya pada Juni mendatang. Sedangkan untuk BOJ, pelaku pasar meramal, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda akan mengumumkan kebijakan stimulus moneter lanjutan seiring tingkat inflasi yang mendekati nol.