^ Back to Top
 

Lihat second liner, tetap pantau blue chips

5/16/2016 11:28:15 AM

JAKARTA. Laju mayoritas saham berkapitalisasi jumbo tertahan. Inilah yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk selama dua pekan terakhir.

Di tengah kelesuan pasar saham, investor bisa melirik saham second liner secara selektif dan berprospek menarik. Sebagian saham blue chips yang biasanya menjadi penggerak indeks, seperti ASII, BBRI, BMRI dan SMGR, kini mulai tertekan.

Di sisi lain, ada pula beberapa saham papan atas yang masih menanjak, seperti JSMR, WSKT dan TLKM. Saham-saham tersebut menahan kejatuhan IHSG. "Namun kenaikan saham ini sudah terlalu tinggi dan mulai terbatas," ujar Direktur Avere Investama Teguh Hidayat, kepada KONTAN, kemarin.

Di akhir pekan lalu, IHSG berada di posisi 4.761,72. Angka ini sudah menyusut 3,11% dibandingkan dua pekan lalu di level 4.914,74. Meski indeks masih bertahan di atas 4.700, menurut Teguh, jika kenaikan saham blue chips sudah mentok, IHSG berpotensi merosot 200 poin ke 4.500.

Saat ini, ada beberapa saham second liner yang kinerjanya jauh lebih baik ketimbang saham blue chips. Tapi secara historikal pergerakan saham second liner selalu mengikuti pasar.

Oleh karena itu, "Dalam waktu dekat jangan belanja apa-apa dulu. Tunggu pasar benar-benar rendah baru masuk.," tutur Teguh.

Ia melihat setidaknya ada dua saham lapis kedua yang memiliki kinerja baik, yakni PPRO dan GJTL. Selain dua saham tadi, berdasarkan wawancara KONTAN dengan para analis, sejumlah saham second liner yang menarik antara lain adalah BJBR, BTPN, ACES dan ATIC.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, melihat saham blue chips di sektor perbankan sudah tertekan cukup dalam. Hal ini terutama akibat peningkatan NPL, sementara kucuran kedit masih melambat.

Oleh karena itu, dia menilai saham bank besar belum menarik untuk dibeli dalam jangka pendek. Meski demikian, bukan berarti saham blue chips patut dipinggirkan.

"Koreksi saham papan atas justru menjadi momentum untuk mengakumulasi beli," ungkap William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities.

Prospek saham blue chips di sektor konsumer dan telekomunikasi, misalnya, masih positif karena suku bunga berpeluang turun lagi pada tahun ini. Sedangkan untuk saham second liner, William menekankan bahwa investor bisa memperhatikan time frame jangka menengah dan panjang apabila ingin mengoleksinya.

Meneliti fundamental emiten secara cermat tentu sangat penting sebelum membeli. Kendati saat ini tidak semua saham blue chips menarik, Hans lebih merekomendasikan masuk saham blue chips ketimbang saham second liner.

"Di tengah ekonomi yang masih melambat lebih baik beli saham blue chips yang harganya sudah turun banyak," ungkap dia.