^ Back to Top
 

Sektor konsumsi kian menarik

8/8/2016 11:05:01 AM

JAKARTA. Ekonomi Indonesia bisa berlari semakin kencang tahun ini. Angka pertumbuhan ekonomi semester pertama lebih baik ketimbang prediksi.

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, mengatakan, produk domestik bruto (PDB) tumbuh di atas perkiraan menjadi indikator daya beli masyarakat semakin membaik. Hal ini sangat mempengaruhi kinerja emiten konsumer.

"Dari angka PDB, kontributor yang cukup besar dari konsumsi rumah tangga, yang memperlihatkan daya beli sudah bagus," kata Reza kepada KONTAN, Jumat (5/8).

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang meningkat turut didorong momentum bulan puasa dan Lebaran. Apalagi ditambah adanya tunjangan hari raya (THR) yang semakin memicu masyarakat lebih gencar dalam membeli barang konsumsi, entah itu pangan, sandang, sampai tersier seperti transportasi atau gadget.

Di momentum Lebaran tersebut, banyak emiten konsumer dan peritel modern yang bekerjasama dengan menggelar promo menarik agar stok produk di pabrik atau gudang bisa lebih cepat tersalurkan. Misalnya 5 bungkus Indomie dijual dengan harga khusus, atau beli tiga produk sabun Lifebuoy gratis dengan sampo.

Di luar itu, saham-saham emiten konsumer ini, kata Reza, layak dibeli karena secara fundamental, pertumbuhan kinerja para emiten ini baik. Reza lebih suka saham-saham yang likuid atau menunjukkan pergerakan di pasar seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

"Meski pertumbuhan kinerja di semester pertama hanya 10%-12%, tapi kalau sahamnya likuid, bisa menguntungkan pelaku pasar," ujar Reza.

Ia menyukai UNVR, karena menguasai pangsa pasar dari sejumlah produk yang dimiliki dengan baik. Produk-produk perseroan sangat beragam dan semuanya sangat dikenal masyarakat.

Sebagai contoh, di produk perawatan rambut, UNVR memiliki Lifebouy, Clear, TREsemme dan Sunsilk. Jika masyarakat lebih memilih Sunsilk dibandingkan Clear, kata Reza itu tidak menjadi masalah bagi UNVR.

"Toh dua-duanya masih bagian UNVR dan dia tetap untung," tambahnya.

Sama seperti UNVR, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan ICBP memiliki beragam produk kebutuhan masyarakat.

Namun, Reza menyayangkan semua produk INDF maupun ICBP tidak bisa menghasilkan kontribusi yang sama atau rata. INDF hanya fokus kepada produk mie instan, yang bisa dibilang menguasai pangsa pasar.

Lalu, William Surya Wijaya analis Asjaya Indosurya Securities secara keseluruhan menyukai saham-saham emiten konsumer, baik kapitalisasi besar maupun yang biasa.

"Saya tidak bisa memilih, karena sejatinya saham-saham UNVR, INDF, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) masih layak dibeli," ujar William.

Menurut William, dari keempat saham konsumer, yakni UNVR, MYOR, AISA dan INDF, semuanya menarik karena masing-masing memiliki segmentasi yang berbeda. INDF dan UNVR memiliki produk untuk semua kelas, dari bawah sampai atas.

Sementara, AISA dan MYOR menyasar kelas bawah dan menengah. Dengan hasil kinerja yang cukup bagus di semester pertama, William dan Reza optimistis, saham-saham konsumer tersebut bisa tumbuh lebih baik di semester kedua. Asalkan, emiten terus mengembangkan produk dan pasar.

Frederik Rasali, analis Minna Padi Investama mengatakan, kemungkinan konsumen melakukan aksi beli bisa lebih besar lagi, didukung PDB yang sangat kuat. "Dengan semua sektor industri yang meningkat, ke depan Indonesia memiliki daya beli yang meningkat," kata dia.

Frederik melihat, saham konsumer masih menarik. Dia menyukai KINO, karena perusahaan sangat agresif mengembangkan bisnis melalui akuisisi. Saat ini sudah ada dua perusahaan yang telah diakuisisi oleh KINO.

 

 
 
 
Reporter Juwita Aldiani 
Editor Barratut Taqiyyah