^ Back to Top
 

Saham konsumer masih menarik

7/23/2015 8:13:35 AM

JAKARTA. Meski pasar saham domestik lesu, saham sektor konsumer tetap melaju. Sejak awal tahun ini hingga kemarin (22/7), saham konsumer mencatatkan imbal hasil (return) sebesar 1,69%.

Sektor ini mencatatkan kinerja tertinggi kedua setelah sektor perdagangan, jasa dan investasi di Bursa Efek Indonesia. Adapun return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di periode yang sama minus 6,13%.

Daewoo Securities Indonesia, dalam risetnya yang dirilis 8 Juli 2015 menyatakan saham sektor konsumer mengalami overweight. Dari sisi valuasi, saham konsumer sudah diperdagangkan secara berlebihan.

Kepala Riset Bahana Securities Harry Su mengungkapkan, valuasi semua saham konsumer cukup tinggi dengan price earning ratio (PER) di atas 20x.

Dia memaparkan, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki PER sebesar 44 kali. Kemudian PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan PER 35 kali, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 27 kali, serta PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) 24 kali. "Saham konsumer memang mahal. Karena pertumbuhan stabil, harganya tak pernah murah," ujar Harry kepada KONTAN.

Analis Trimegah Securities Dian Octiana mencermati, tingginya PER UNVRdiimbangi return on equity (ROE) yang juga tinggi, sehingga masih banyak pemodal berinvestasi di saham ini. Meski begitu, dia melihat bahwa harga beberapa saham konsumer telah mengalami penurunan.

Ia mencontohkan, PER ICBP yang telah merosot dari 27 kali menjadi 22 kali. Namun kini beberapa saham konsumer mulai rebound. Dian menjelaskan, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menanjak setelah emiten rokok tersebut berniat menambah jumlah saham beredar atau free float.

PER HMSP yang semula 28 kali menanjak menjadi 33 kali. Dia merekomendasikan HMSP layak beli hingga PER-nya mencapai 40 kali. "Dibandingkan UNVRHSMP bisa menjadi pilihan kedua," kata Dian.

Meski begitu, dia menilai mahalnya harga saham konsumer membuat pertumbuhan laba per saham atau earning per share (EPS) emiten terbatas. Tahun lalu, EPS sektor konsumer tumbuh 20%, sementara di tahun ini kenaikannya diprediksi 15%.

Dian menyebutkan, sektor konsumer menghadapi tantangan pelemahan daya beli dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, Daewoo melihat sektor konsumer menawarkan profil stabilitas pendapatan yang atraktif. Bahkan, karakteristik pendapatan yang stabil ini membuat saham konsumer menanjak 86% sejak 2006.

Pertumbuhan masyarakat kelas menengah turut menyokong sektor ini. Dengan usia penduduk yang muda dan berkembang, Daewoo meyakini, perusahaan konsumer di Indonesia terus berkembang.

Dengan basis konsumen yang kuat dikombinasikan peningkatan pendapatan masyarakat, faktor ini membuka jalan bagi pertumbuhan jangka panjang para emiten konsumer. Daewoo beranggapan, perekonomian Indonesia terisolasi dari masalah kredit global. Sedikit kemungkinan hal ini dapat mempengaruhi perekonomian dan kekuatan daya beli masyarakat Indonesia.

Sementara Dian memperkirakan, pendapatan sektor konsumer akan tumbuh 10%–15% pada tahun ini. Adapun pertumbuhan laba emiten konsumer hanya di bawah 20%. Dia melihat prospek positif saham UNVR, ICBP dan MYOR. Dian menyarankan, beli ICBP dengan target Rp 15.100 per saham.

Harry merekomendasikan beli UNVR dengan target harga Rp 48.500, ICBP Rp 18.200, KLBF Rp 2.000 dan MYOR Rp 32.500. Sedangkan Daewoo merekomendasikan beli UNVR dengan target Rp 52.500 dan KLBF Rp 2.100 per saham. 

Editor: Uji Agung Santosa